Pertama-tama saya ingin tekankan bahwa saya bukan praktisi asuransi atau investasi apalagi penjual produknya, sama sekali bukan.
Saya hanya ingin sharing dan berbagi pengalaman selaku konsumen, tidak lebih. Postingan ini saya ikutkan dalam kompetisi menulis yang di selenggarakan oleh Cekaja dan  ngeblog.me


Baca juga : 10 Ide Bisnis Untuk Ibu Rumah Tangga

Dulu banget saya awam sama sekali tentang asuransi, unit link ataupun reksadana. Walaupun sekarang juga belum ahli, tapi paling tidak saya sudah melek informasi, dari googling tentunya dan juga langsung action membuka asuransi dan reksadana.

10 tahun yang lalu, almarhum teman saya Mb Indri [sama nama] kedatangan tamu dari AIG Life dan saya di undang untuk bergabung. Singkat cerita si bapak AIG itu menceritakan tentang produknya, manfaat, polis, cuti premi, rupiah yang bisa di cairkan untuk anak dan bla…bla…bla

Tentu saja dengan bukti – bukti yang oke punya. Pada saat itu saya sama sekali belum punya bekal ilmunya dan salah saya juga, saya tidak cari-cari informasi terlebih dahulu atau kemudian membandingkan produk ini dengan produk yang lainnya.  Poor me….penyesalan selalu datang terlambat.

Saya tidak tahu apakah Mb Indri ikut, tapi saya akhirnya ikut membuka AIG Life asuransi pendidikan untuk pendidikan anak saya, dengan premi per tahun 3 jt rupiah selama jangka waktu 10 tahun.

Saat itu pekerjaan saya sebagai sales di bidang export teak furniture, based on commission, jadi pendapatan saya juga naik turun tergantung hasil jualan dalam artian tidak mendapat gaji tetap bulanan seperti karyawan pada umumnya. Istilah kerennya adalah “bagi hasil”.
Kalau saya jualan banyak, uang komisi yang saya dapat pun juga banyak. Tapi kalau saya tidak jualan, komisi 0 besar hahaha.

Baca juga : Kerja Freelance Itu Apa Sih ?

FYI, saya sudah bekerja sebagai sales teak garden furniture untuk export sekitar 7 tahun yang lalu dan terakhir bekerja tahun 2012. Setelah itu resign dan menjadi full time ibu rumah tangga sibuk.

Seperti yang saya infokan di atas, karena saya tidak menerima gaji tetap tetapi komisi, ada waktu saya terkendala untuk masalah keuangan.

Masa premi 10 tahun yang saya sepakati dengan AIG hanya sanggup saya bayar 2 tahun saja kemudian saya tidak mampu membayar lagi, uang 6 juta rupiah menguap tanpa hasil. Pun si bapak sales  AIG juga tidak pernah telpon atau menghubungi saya lagi. Yang intinya menurut saya, si bapak AIG hanya mulut manis di depan kemudian terima komisi dia and it’s done. Enggak ada peduli-pedulinya sama sekali dengan konsumen nya. Saya tidak menyalahkan produknya ya tetapi saya menyalahkan diri saya sendiri dan juga si bapak sales AIG ini.

Sedih sih, eman2 uang 6 jt menguap percuma, bayangkan kalau saat itu buat beli LM [Logam Mulia] kan lumayan ya kan. Saat itu per gram LM masih di harga 800.000 an

Kerugian itu saya alami karena saya tidak tahu banyak dan tidak mau tahu tentang produk tapi sok-sok an aja ngikut ber-investasi …apes jadinya.

Saya juga pernah membuka investasi di Reksadana Manulife saat itu , tapi cuma bertahan beberapa tahun saja sebelum saya tarik semua dananya. Ibu2 boros dan kurang bisa mengatur keuangan, jangan tiru saya ya hehe

Baca juga : Siap Dana Sekolah Anak

Pernah juga ikut invest sebesar 10 jt untuk perusahaan baru yang di rintis bos saya saat itu, tapi ternyata proyeknya gagal dan uang saya hilang. Selain itu ada juga punya simpanan uang di deposito walaupun tidak seberapa, tapi return nya kecil ya kalau di bandingkan investasi reksadana. Pada akhirnya pun saya tarik semua uang deposito untuk biaya hidup kala itu.

Sedih waktu itu, semuanya tidak ada yang berhasil. Padahal keinginan saya sederhana, menabung dan investasi buat hari depan terutama buat anak.

Lalu saya mulai tekun baca ini baca itu tentang asuransi, investasi dan reksadana.
Saya kemudian jadi tahu, bahwa untuk biaya sekolah anak, sebaiknya kita ber-investasi, bukannya membuka asuransi pendidikan.

Saya kemudian juga tahu bahwa asuransi yang paling fundamental adalah asuransi jiwa dan asuransi kesehatan yang notabene preminya sangat murah sekali, tergantung juga berapa kemampuan bayar anda dan jangka waktu anda ingin terproteksi.

Saya juga kemudian tahu bahwa unit link adalah produk asuransi yang di tambah/bundling  dengan produk investasi, jadi konsumen terlindungi oleh asuransi dan uang bisa di tarik lagi  beberapa tahun kemudian. Tentu saja dari imbal hasil investasi nya.
Dan bahwa unit link bisa lebih mahal dan sangat mahal bila di bandingkan dengan kita buka reksadana + asuransi kesehatan murni secara terpisah.

Dari pengetahuan-pengetahuan ini kemudian saya  menyarankan suami untuk membuka asuransi jiwa dan juga mulai berinvestasi, walaupun terlambat [karena sudah lewat usia 30 tahun], yang penting sudah mulai, berapapun usia nya.

Jadi saya mulai mencari dan membandingkan beberapa asuransi, seperti Cigna, AXA Mandiri, dll.

Pilihan akhirnya jatuh ke produk Cigna, karena sesuai dengan kebutuhan kami sekeluarga.
Suami ambil yang produk asuransi kematian + kesehatan senilai 170.000 per bulan
Saya dan anak ambil produk asuransi yang khusus untuk perawatan gigi, per orang nya 150.000 per bulan, jadi kena 300 ribu per bulan

Baca juga : Investasiku Masa Depanku

Tapi sejak dua tahun yang lalu asuransi Cigna saya dan anak saya kami tutup, beralih ke BJPS Kesehatan karena lebih ekonomis ya walaupun memang terbatas untuk rawat jalan dan rawat inap saja.

Kelebihan BPJS di bandingkan asuransi swasta adalah kita bisa periksa [rawat jalan] apabila ada gejala sakit dan mendapat obat tanpa harus mondok/rawat inap.  Dokter gigi nya pun ada, iuran per bulan nya sangat murah sekali di bandingkan asuransi swasta.

BPJS juga menyediakan layanan untuk periksa mata dan kita mendapat dana untuk pembelian kacamata sesuai kelas nya. Saya pernah sharing di sini, silakan klik linknya…

Pertama kali apply BPJS sewaktu masih tinggal di Semarang, saya ikut yang kelas 1 dengan 59 ribu per bulan per orang tapi kemudian setelah pindah ke Palangkaraya Kalimantan Tengah,  saya pindah domisili sekalian ngurus BJPS nya dan  menurunkan keanggotaan ke kelas 3 yang iurannya 25 ribu per orang per bulan.
Perhitungan saya lebih hemat dan hanya beda kamar sih kalau di rawat, tapi kalau untuk obat, dokter umum dan dokter gigi nya sama antara yg iuran 59 rb dan 25 rb per bulan nya.

Khusus untuk suami, asuransi jiwa di Cigna  masih berjalan dan tidak kami tutup sampai saat ini karena BPJS belum ada cover untuk asuransi jiwa.

Jadi kalau semua asuransi swasta hanya meng-cover untuk rawat inap [sepanjang yang saya tahu], BPJS meng-cover  untuk rawat jalan dan rawat inap.
Manfaat ini yang saya suka dari BPJS, jadi kalau hanya sakit panas atau kena cacar air, yang mana itu tidak mungkin rawat inap, memakai BPJS semuanya free, tidak ada batasan per bulan ketemu dokter berapa kali.

Menurut saya, sepanjang kita hidup sehat dan pola makan terjaga, mending uang premi nya di pakai untuk biaya hidup sehat saja.
Kecuali kalau ada penyakit [keturunan] dari ayah ibu atau kakek nenek yang mungkin juga bisa  kita derita, maka kita harus mengambil preventif dengan ikut asuransi yang meng-cover penyakit yang mungkin kita derita. Itu menurut saya

Untuk investasi, sementara ini kami memilih berinvestasi di Manulife Syariah Sektoral Reksadana atau MSSA. Per bulan kami usahakan rutin setiap bulan top up 1 juta rupiah dan sudah berjalan selama 22 bulan.

sumber : website Manulife

Selama setahun, progres dan return nya nya terbilang bagus, di banding kalau kita simpan di deposito apalagi di tabungan konvensional ataupun deposito

Selain MSSA, kita juga ambil produk MiPlan dari Manulife, khusus untuk biaya sekolah anak saya Mikhael.

sumber : website Manulife

Dengan premi terjangkau sebesar 500.000 per bulan dan kita ambil jangka waktu 7 tahun, pas Mikhael lulus SMA jadi bisa untuk nambah biaya kuliah kelak.

Selain itu saya juga sedang belajar untuk investasi di bidang properti dan sudah saya mulai di sini Indri Property sebagai agen properti independen di Palangkaraya. Masih belajar dan ternyata proses nya berat apalagi karena saya terjun langsung jalan dan tanpa mentor. Tentang properti akan saya posting di post yang lain.

Terakhir saran dari saya, apapun produk investasi yang akan anda ambil, sebaiknya di pelajari terlebih dulu. Bandingkan dengan beberapa produk dari perusahaan lain. Hitung kekurangan dan kelebihan produk tersebutdan jangan hanya tergiur membayangkan imbal hasil yang besar setelah sekian tahun berinvestasi. Apapun itu, kita harus bisa berpikir realistis dan memutuskan yang terbaik. Yang paling penting juga : “jangan serakah”

Demikian sharing dari saya, semoga bermanfaat dan thanks for reading ya…silahkan di share apabila bermanfaat.

2 Comments

    1. Indri ariadna says:

      terima kasih dukungan nya pak Amir, saya cuzz ke blog nya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *