Menjadi ibu rumah tangga ternyata selain harus kuat dan tangguh, juga harus pandai dan bijak mengatur keuangan, itu harus sekali lagi..harus.

Selama ini saya berpikir, kalau ada uang lebih ya harus masuk tabungan. Aman, tidak bisa di intip-intip atau di pecah seperti celengan ayam atau di buka seperti tabungan toples di atas 🙂

Baca juga : Tips Investasi untuk Ibu Rumah Tangga

Tabungan 

Saya dan suami mempunyai beberapa rekening tabungan. Terutama suami, karena memang rekening tabungan di pisahkan berdasarkan fungsinya. Semisal rekening tabungan di bank A khusus untuk top up investasi, rekening tabungan di bank B khusus untuk membayar tagihan kartu kredit, juga ada satu tabungan yang khusus untuk membayar angsuran rumah.

Saya akui, suami saya lebih jago dalam hal mengelola keuangan di banding istrinya yang boros ini hahaha. #Tagline : suami bekerja, istri belanja huahuaha…

Oke serius lagi, setiap akhir bulan buku-buku tabungan tersebut selalu di usahakan untuk di print out atau di cetak. Karena sekarang ada aturan baru bahwa kalau bukan pemilik rekening tidak bisa setor dan print out ya terpaksa suami saya sendiri yang mondar mandir ke bank. Sorry honey, it’s your problem now :))

Setiap kali di cetak dan kita cek, pasti selalu ada debet rekening dari bank – bank tersebut entah itu biaya administrasi atau biaya pajak atas bunga.

Kalau di rekening tabungan suami mungkin gak terlalu ngaruh ya, lha tapi kalau di rekening saya yang nota bene perputaran uangnya minimal (ehhhmmm),  bunga dari saldo tabungan saya nilainya jauh lebih kecil dari kedua biaya tersebut. Artinya ? Rugi dong, saldo tidak bertambah malah selalu berkurang karena ada biaya-biaya yang timbul.

Pendapatan VS Pengeluaran

Crop unrecognizable financial worker calculating profit using notebook and calculator

Karena sekarang saya tidak bekerja, otomatis pos pendapatan atau income di keluarga kami ya 1 sumber saja dari pendapatan suami. Sedangkan pos-pos pengeluaran berbanding terbalik dengan pendapatan, ….banyaaakkkkkk banget pengeluaran dalam sebulan.

Saya membuat tabel agar mudah di pahami, terutama oleh saya dan suami.  Pos-pos pengeluaran terbagi sedemikian rupa supaya setiap bulan kami [saya dan suami] selalu ingat untuk mengisi pos-pos tersebut sebelum membelanjakan uang untuk kebutuhan lain yang tidak terlalu penting.

Bertanam Uang

Ini bukan bertanam uang atau penggandaan uang ilegal ala Dimas Kanjeng ya hahaha. Karena pendapatan dan pengeluaran yang berbanding terbalik, kita harus putar otak. Tidak bisa selamanya mengandalkan tabungan karena selama ini tidak ada hasilnya sama sekali. Bunga yang kita terima paling dalam jumlah ribuan atau puluhan ribu saja sebulan.

Inginnya sih, seperti yang di buku Rich Dad Poor Dad bagaimana uang bisa bekerja untuk kita, bukan kita yang bekerja banting tulang untuk uang.

Emang bisa ? Bisaaaa….:)

Cara Bertanam Uang 

Free stock photo of analysis, anonymous, background

Sebelum berinvestasi di reksadana, dulu kami pernah mencoba berinvestasi dengan cara membeli logam mulia [LM] – emas lantak –  berbentuk koin, dari yang 5 gram hingga 10 gram.

Masalahnya, untuk membeli koin LM tersebut, sejumlah dana sudah harus terkumpul lebih dahulu. Misal, harga per gram logam mulia berbentuk koin adalah Rp. 500.000 dan saya mau membeli 5 gram.
Berarti saya harus mempunyai uang Rp.2.500.000 terlebih dahulu untuk bisa membelinya. Artinya, investasi logam mulia membutuhkan modal yang tidak sedikit, minimal harus jutaan rupiah untuk sekali pembelian atau sekali investasi.

Apalagi kalau kita menyimpan uang Rp 2.500.000 di bank, kemungkinannya hanya satu yaitu nilai nominalnya menurun terkena biaya administrasi dan biaya bunga seperti yang saya ceritakan di atas.

Atau di simpan di rumah ? Bisa saja sih tetapi uang yang mengendap beberapa lama tidak akan menghasilkan keuntungan. Pun ada  risiko yang mungkin terjadi seperti pencurian, uang terpakai lagi untuk kebutuhan lain, kepincut ingin beli lipstick baru dan lain sebagainya ^_^

Sudah melirik investasi lain ? Sudah….yaitu investasi properti tetapi pasti semua tahu dong ya kalau investasi properti dananya harus ratusan juta rupiah.

Saat saya dan suami duduk berdua sambil ngopi item dan ngbrol ngalor ngidul gak jelas yang akhirnya ngobrolin juga tentang keuangan keluarga. Baru sadar bahwa ternyata banyak tujuan-tujuan keuangan dan impian-impian kita yang belum tercapai, di bawah ini list-nya :

Kita masih butuh banyak dana untuk renovasi rumah, biaya sekolah anak, biaya dana pensiun, biaya untuk membeli properti lagi untuk menambah aset dan berencana untuk tiap tahun pulang mudik ke Jawa.

Banyak maunya ya ? Begitulah manusia ^—^  Tetapi saat itu kami masih belum menemukan bentuk instrumen atau alat investasi yang pas dan cocok untuk mewujudkan impian-impian kami di atas.

Investasi Reksadana

Kabar baiknya adalah biasanya kalo dalam keadaan kepepet, adrenalin meninggi, kita biasanya bisa berpikir lebih kreatif hehehe.

Karena kita membutuhkan imbal hasil yang lebih tinggi dari suku bunga tabungan dan juga deposito, maka mulailah saya mencari semua informasi yang berhubungan dan terkait mengenai investasi, tentu saja yang tidak mengharuskan modal investasi besar tetapi terjangkau dan juga bisa di lakukan dengan mudah menggunakan gadget atau komputer di rumah sehingga tidak merepotkan.

Kemudian kami menemukan dan membaca tentang Reksadana.

Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi (UU No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal). [sumber : www.poems.co.id]

Ada 4 jenis produk Reksadana :

  • Reksa Dana Saham/Index (Saham): Reksa dana yang investasinya sebagian besar dalam bentuk Efek Ekuitas (Saham). Tingkat risiko dan imbal hasil sebanding [tinggi], jangka waktu investasi yang di sarankan >=10 tahun
  • Reksa Dana Campuran (Saham, Obligasi, Pasar Uang): Reksa dana yang investasinya berbentuk Efek Ekuitas dan Efek Utang / Efek di Pasar Uang dengan komposisi proporsional. Tingkat risiko dan imbal hasil sedang dengan jangka waktu investasi yang di sarankan 3 – 10 tahun
  • Reksa Dana Pendapatan Tetap (80% Obligasi): Reksa dana yang investasinya sebagian besar dalam Efek Utang yang bersifat jangka panjang. Tingkat risiko dan imbal hasil rendah – sedang jangka waktu investasi yang di sarankan 1 – 3 tahun
  • Reksa Dana Pasar Uang (100% instrumen Pasar Uang): Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun (Deposito, SBI, SBPU).  Tingkat risiko dan imbal hasil rendah dengan jangka waktu investasi yang di sarankan <= 1 tahun. Reksadana Pasar Uang paling sesuai untuk investor pemula karena memiliki risiko yang paling rendah di bandingkan 3 jenis reksadana yang lain.

Dari ke-empat jenis reksadana tersebut, reksadana saham memberikan imbal hasil yang  paling tinggi walaupun risikonya pun juga lebih tinggi di bandingkan dengan jenis reksadana yang lain.
Itulah mengapa, reksadana saham di sarankan untuk investasi jangka panjang atau 10 tahun ke atas.

Kemudian saya dan suami membandingkan imbal hasil antara tabungan dan imbal hasil investasi reksadana. Ternyata oh ternyata….jauh berbeda sekali. Kalau mau bilang sih, hitungannya kita rugi banget saat itu. Rugi waktu dan uang karena ternyata kami menyimpan, lebih tepatnya menanam uang di tempat yang salah.

Ilustrasi di bawah ini, apabila kami mempunyai uang Rp. 100.000 dan kami tempatkan di tabungan dan atau investasi reksadana. Besaran suku bunga berdasarkan asumsi.

Ternyata, di bandingkan menyimpan uang di tabungan, untuk kebutuhan jangka panjang, akan lebih efektif dan menguntungkan apabila saya simpan atau investasikan di investasi reksadana saham.

Lihat perbedaan hasilnya, jangka waktu 10 tahun, dengan modal Rp. 100.000 di tabungan menghasilkan Rp. 122.120 [belum terpotong biaya administrasi] sedangkan hasil dari investasi reksadana saham dengan modal Rp. 100.000 bisa menghasilkan Rp. 444.021 setelah 10 tahun kemudian.

Perhitungan ini berdasarkan nominal modal Rp. 100.000 loh yang bagi kita emak-emak ini adalah uang kecil. Lalu bagaimana kalau modal investasi nya Rp. 1.000.000 atau Rp. 10.000.000 ? Bisa di bayangkan perbedaan imbal hasilnya. Itulah mengapa saya bilang : Only Saving is Not Enough, dengan menabung saja tidak akan cukup.

Mengapa ? Ingat …. ada biaya administrasi bulanan, biaya pajak atas bunga, inflasi dan kemungkinan lain yang bisa menyebabkan hasil dari tabungan tidak akan cukup dan malah akan berkurang, apalagi untuk menahan inflasi 10 atau 20 tahun yang akan datang.

Salah satu contoh inflasi yang paling mudah dan saya ingat :

Tahun 1990-an saat saya masih SMP, itu sekitar 25 tahun yang lalu, harga beras per kg tidak sampai Rp. 5.000 rupiah seingat saya hanya Rp. 2000-an per kg. Tahun 2016 sekarang ini, harga beras per kg Rp. 15.000 untuk kualitas biasa bukan super. Bisa di bandingkan kan, berapa kali lipat kenaikan harga-harga 20 atau 25 tahun yang akan datang. Pertanyaan selanjutnya, bisa tidak hasil tabungan atau hasil investasi kita meng-cover semua biaya-biaya dan kenaikan harga 20 tahun yang akan datang ?

Seandainya kami tahu sejak dulu seharusnya kami menanam uang di tempat yang tepat yaitu di investasi reksadana, pasti kami akan mendapatkan imbal hasil yang maksimal sesuai dengan jumlah dana yang kita investasikan. Kecewa juga kenapa gak nemu reksadana sejak dulu.

Tidak ada kata terlambat untuk berinvestasi

Setelah berunding dan berdiskusi serta melakukan berbagai perhitungan, akhirnya suami setuju untuk membuka rekening investasi reksadana Manulife Sektoral Syariah Amanah. Meskipun kami tahu bahwa mengingat umur, sebenarnya kami sudah sangat terlambat untuk memulai berinvestasi di reksadana. Tetapi akan lebih salah lagi apabila kami tidak mengambil kesempatan ini. Waktu yang paling tepat untuk berinvestasi adalah SEKARANG, berapapun usia dan berapapun pendapatan anda saat ini.

MSSA adalah reksadana saham syariah dan memang kami membeli reksadana ini untuk tujuan jangka panjang, di antaranya untuk dana pensiun kami berdua. Setiap bulan harus menyisihkan Rp. 1.000.000 khusus untuk membeli unit MSSA.

Selain itu kita juga membuka 1 rekening investasi lagi khusus untuk pendidikan anak yang berjangka waktu 7 tahun. Khusus investasi pendidikan ini, 4 tahun pertama dana akan di kelola di reksadana Manulife Dana Tumbuh Berimbang dan kemudian 3 tahun selanjutnya di alihkan otomatis ke reksadana Manulife Dana Kas II.

Oiya kemarin ada di tawari salah satu bank yang bekerja sama dengan asuransi, mungkin kan saya bahas di artikel berikutnya kalau ada request dari teman-teman.

Demikian sedikit pengalaman dalam bertanam uang atau berinvestasi ala kami, semoga bisa menginspirasi ya.
Semoga bermanfaat, silahkan di share artikel ini apabila berkenan 🙂

Yang mau berbagi juga boleh silahkan cuzz ke kolom komen ya…^_^ Intinya, jangan takut untuk berinvestasi di reksadana.

Note : saya bukan penjual asuransi atau penjual reksadana ya…ini murni pengalaman pribadi dan bukan sponsored post.

2 Comments

  1. betul Mba Anisa, kalau bisa uangnya muter sendiri terus menghasilkan uang lagi hehehe

  2. Setuju banget, Mbak. Kalau cuma disimpen, lama2 abis. Kalau diputer kan bisa berguna buat yang lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *